Persaingan
Pasar Modern dan Pasar Tradisional
A. Pasar
Pengertian Pasar atau
Definisi Pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan calon
pembeli barang dan jasa. pasar semula diartikan tempat bertemunya antara
penjual dan pembeli untuk melakukan jual beli barang pada waktu tertentu. Para
penjual menawarkan barang dengan harapan barang yang akan dijual laku terjual
dan memperoleh uang sebagai gantinya. Sebaliknya para konsumen membayarkan uang
sebagai gantinya. Ini merupakan arti pasar yang asli
Pasar adalah sekelompok orang atau situasi yang telah
ada dan potensial tempat di mana suatu produk dapat memenuhi satu atau beberapa
kebutuhan.
Di pasar antara penjual dan pembeli
akan melakukan transaksi. Transaksi adalah kesepakatan dalam kegiatan
jual-beli. Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang yang diperjual
belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada
paksaan dari pihak manapun.(Syadiashare:2007)
akan tetapi lama-kelamaan banyak
sekali didirikan kios-kios atau supermarket. Tanpa bertemu pun para penjual dan
pembeli dapat melakukan transaksi melalui telepon atau mengirim email saja di
waktu yang tidak tertentu pula. Maka dari itu, ilmu ekonomi menggunakan
pengertian pasar secara luas(pasar abstrak). Dalam ilmu ekonomi kita akan berbicara
mengenai pasar bila: suatu “pertemuan”
antara, ada yang menjual, dan ada pembeli, suatu barang atau jasa tertentu,
dengan harga tertentu.
Penggunaan waktu tertentu dan bertemunya pembeli dan
penjual merupakan arti pasar yang lama. (T. Gilarso:2004)
B.
Jenis-Jenis Pasar
Jenis pasar menurut
bentuk kegiatannya. Menurut dari bentuk kegiatannya pasar dibagi menjadi
2 yaitu pasar nyata ataupun pasar tidak nyata(abstrak). Maka kita lihat
penjabaran berikut ini:
1. Pasar Nyata.
Pasar nyata
adalah pasar diman barang-barang yang akan diperjual belikan dan dapat dibeli
oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar swalayan.
2. Pasar Abstrak.
Pasar
abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar barang-barang yang
akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya dengan menggunakan
surat dagangannya saja. Contoh pasar online, pasar saham, pasar modal dan pasar
valuta asing.
Jenis pasar menurut cara transaksinya. Menurut cara
transaksinya, jenis pasar dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern.
1. Pasar Tradisional
Pasar
tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan
pembeli dapat mengadakan tawar menawar secar langsung. Barang-barang yang
diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok.
2. Pasar Modern
Pasar modern
adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan
harga pas dan denganm layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah
di mal, plaza, dan tempat-tempat modern lainnya.
Jenis Pasar menurut
jenis barangnya. Beberapa pasar hanya menjual satu jenis barang
tertentu , misalnya pasar hewan,pasar sayur,pasar buah,pasar ikan dan daging
serta pasar loak.
Jenis Pasar menurut
keleluasaan distribusi. Menurut keluasaan distribusinya barang yang dijual
pasar dapat dibedakan menjadi:
1. Pasar
Lokal
2. Pasar
Daerah
3. Pasar
Nasional dan
4. Pasar
Internasional(Syadiashare:2007)
B. Persaingan Pasar Tradisional vs
Pasar Modern
Eksistensi
pasar tradisional di perkotaan semakin hari semakin memudar dengan maraknya
pembangunan pasar modern. Kesan pasar tradisional yang panas, kotor, bau, dll.
Dapat dikalahkan oleh pasar modern yang dingin karena AC, wangi, bersih, serta
relatif aman dari pencopet.
Beberapa
kenyamanan yang lain adalah: titik keunggulan yang mendatangkan keuntungan bagi
pasar modern. Titik-titik kuat pasar modern antara lain dapat menyerap item
secara menyeluruh; dapat menjadi tumpuan promosi produk-produk yang
berorientasi pada pelangga; dapat menjadi outlet pengembangan item produk;
memiliki jaringan yang luas, sehingga satunomor item bisa berlaku untuk semua
store begitu produk dipajang dengan jelas; sehingga konsumen memilih dengan
leluasa; sistem manajemennya sudah baik, sehingga presentase kerugian dalam
keuangan sangat minim.(Frans Royan:2004).
pembelian
produk sesuai dengan rata-rata produk yang terjual dalam sebulan ini. Ini
menjadi tolok ukur bagi pembelian, agar persediaan tidak melebihi kuota yang
telah ditetapkan oleh manajer pembelian. Keadaan ini sangat menghambat salesman
untuk mendistribusikan produknya. Sebab, volume produk yang diinginkan
menyimpang dari perkiraan sebelumnya. Inilah titik kelemahan pasar modern yang
melakukan menunggu bola dari pada menjemput bola.
Selain
itu pada segi pembayarannya, pasar modern menggunakan pembayaran sentral. Hal
ini mempersulit salesman, jika omzet penjualannya memiliki target sesuai dengan
area masing-masing. Pembayaran secara sentral sering mempersulit perhitungan
yang menyangkut pengembalian.
Selanjutnya,
diskon promosi akan selalu dilakukan secara berkesinambungan. Ini sesuai dengan
kalender promosi yang dimiliki oleh outlet pasar modern. Contohnya saja pada
saat hari raya Idul Fitri, Natal, Tahun Baru. Semua outlet banyak sekali
menawarkan potongan harga. Diskon khusus itu akan dimintakan dari para
produsen, baik secara keseluruhan ataupun setengahnya. Inilah yang menjadi
kelemahan pasar modern, karena tidak semua produsen yang mampu mengikutinya.
Produk
yang tidak laku langsung dihapus dari masterlist produk. Inilah juga merupakan
titik lemah pasar modern. Meskipun tidak berlaku pada seluruh produk.
Ancaman Pasar Modern Terhadap Pasar
Tradisional
Eksistensi
pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut
data yang diperoleh dari Euromonitor (2004) hypermarket meru-pakan peritel
dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi (25%), koperasi (14.2%), minimarket /
convenience stores (12.5%), independent grocers (8.5%), dan su-permarket
(3.5%).
Selain mengalami pertumbuhan dari
sisi jumlah dan angka penjualan, peritel modern mengalami pertumbuhan pangsa
pasar sebesar 2.4% pertahun terhadap pasar tradisional. Berdasarkan survey AC
Nielsen (2006) menunjukkan bahwa pangsa pasar dari pasar modern meningkat
sebesar 11.8% selama lima tahun terakhir. tiga tahun terakhir. Jika pangsa
pasar dari pasar modern pada tahun 2001 adalah 24.8% maka pangsa pasar tersebut
menjadi 32.4% tahun 2005. Hal ini berarti bahwa dalam periode 2001 – 2006,
sebanyak 11.8% konsumen ritel Indonesia telah meninggalkan pasar tradisional
dan beralih ke pasar modern.
Prioritas antara pasar tradisional
dan pasar modern,juga tergantung pada pendapatan, keinginan, gengsi, dll. Suatu
contoh, seorang guru yang pendapatanya selalu habis oleh kebutuhan keluarganya
dalam satu bulan, bisa dikatakan pas-pasan. pada saat itu istri guru ini selalu
belanja di pasar tradisional, akan tetapi bila pendapatannya bisa naik hingga
tiga kali lipat, makaistri guru tersebut akan lebih memilih berbelanja di pasar
modern yang notebene produk yang dijual lebih mahal dari pada yang dijual di
pasar tradisional.(Suherman Rosyidi:2006).
Memperhatikan
fenomena tersebut di atas, pada akhir tahun 2007 pemerintah melakukan
intervensi kebijakan melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 112 Tahun 2007
tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern, yang mengatur aspek-aspek lokasi, perizinan, jam buka dan kemitraan
pemasok dengan pengusaha pasar modern. (Ir Dyah Lukisari:2003)
Diharapkan, implementasi dari
perpres akan mewujudkan keserasian kelangsungan usaha bagi pedagang di pasar
tradisional dan pasar modern.
Namun apakah dengan Perpers 112/2007
semua persoalan klasik tentang pasar akan teratasi? Karena ada tiga komponen
pelaku yang terlibat dan berperan dalam implementasi perpres lebih lanjut, baik
dalam aspek manajerial maupun operasional, guna mewujudkan pasar sebagai tempat
bertransaksi secara ideal.
Pertama, pemerintah daerah merupakan
pihak yang paling berkompeten dalam implementasi perpres di tingkat daerah, khususnya
dalam aspek manajerial pengaturan perizinan pendirian pasar modern dan
pengelolaan pasar tradisional, yang berorientasi pada perolehan PAD. Kedua,
kelompok produsen yaitu para pemasok dan pedagang, dengan orientasi memperoleh
keuntungan hasil penjualan yang tinggi. Ketiga, para konsumen pembeli dengan
orientasi memperoleh barang yang dibutuhkan dengan harga miring dan kualitas
baik. Dengan orientasi kepentingan yang berbeda-beda, maka kondisi ideal yang
diharapkan adalah titik interferensi di mana semua kepentingan dapat
terakomodasi dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar