Kamis, 03 Mei 2012

bisnis plan- krupuk ikan.


USAHA KRUPUK IKAN
BAB I
Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sebagian besar luas wilayahnya merupakan perairan. Ikan merupakan salah satu hasil perikanan yang banyak dihasilkan di Indonesia dan merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ikan mudah didapat dengan harga yang relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Kandungan protein yang tinggi pada ikan dan kadar lemak yang rendah sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.
Karena manfaat yang tinggi tersebut banyak orang mengkonsumsi ikan baik berupa daging ikan segar maupun makanan-makanan yang merupakan hasil olahan dari ikan. Bahkan di Jepang dan Taiwan ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari.
Salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan.  Produk makanan kering dengan bahan 'baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini" sangat digemari masyarakat. Makanan ini sering digunakan sebagai pelengkap ketika bersantap ataupun sebagai makanan ringan. Bahkan untuk jenis makanan khas  tertentu selalu dilengkapi dengan kerupuk. Makanan ini menjadi kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih dan ringan. Selain rasa yang enak tersebut, kerupuk ikan juga memiliki kandungan zat-zat kimia yang dtperlukan oleh tubuh manusia.. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan protein pada ikan tidak banyak yang hilang setelah mengalami pengolahan. Jika dibandingkan dengan kerupuk udang, kandungan vitamin dan mineral pada kerupuk ikan lebih rendah.
Proses pembuatan kerupuk ikan sangatlah sederhana dan mudah diusahakan. Industri ini banyak berkembang di wilayah-wilayah perairan dengan produksi ikan tinggi. Di samping dapat diusahakan dengan peralatan modern, usaha ini juga dapat dijalankan dengan peralatan tradisional. Oleh sebab Itulah usaha kerupuk ikan banyak dilakukan oleh rumah tangga yang merupakan industri mikro.
Dilihat dari aspek ekonomis, usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang sangat menguntungkan. Peluang pasar dalam negeri maupun ekspor untuk komoditi ini masih sangat terbuka.  Hal ini dikarenakan kerupuk ikan merupakan konsuumsi sehari-hari masyarakat sehingga permintaan untuk kerupuk ikan relatif stabil bahkan cenderung mengalami kenaikan. Selain mampu meningkatkan pendapatan bagi pengusaha, usaha ini juga mampu membantu meningkatkan pendapatan penduduk sekitar yang akhirnya berpengaruh pada perekonomian daerah.
Dilihat dari aspek sosial, usaha kerupuk ikan mempunyai dampak sosial yang positif.  Industri kecil rumah tangga ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar.  Secara tidak langsung ini merupakan upaya penciptaan lingkungan kerja yang mengurangi jumlah pengangguran di suatu wilayah. Dilihat dari sisi dampak lingkungan, usaha kerupuk ikan tidak menimbulkan pencemaran Iingkungan.  Limbah yang dihasilkan dari usaha ini hanyalah air sisa pembersihan yang tidak mengandung zat-zat kimia dan langsung meresap ke dalam tanah.













BAB II
A.    Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar disini menyangkut hal permintaan dan penawaran kerupuk ikan sedangkan aspek pemasaran meliputi masalah harga, rantai pemasaran, peluang pasar dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pemasaran kerupuk ikan.
Aspek Pasar

1.      Permintaan
Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk wilayah pedesaan.
Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi dibanding pedesaan dikarenakan pendapatan penduduk di kota yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan yang lebih pokok.

Tabel  Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata perKapita untuk Kerupuk (wilayah)
Wilayah
Banyaknya (ons)
Nilai (Rp.)
Perkotaan (Urban)
0.193
154
Pedesaan (Rural)
0.147
99
Perkotaan + Pedesaan
0.166
122
Sumber : Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

2.      Penawaran
Usaha kerupuk ikan banyak diusahakan di daerah-daerah yang banyak menghasilkan Ikan terutama daerah-daerah pantai dan sungai-sungai besar seperti di Kalimantan. Meskipun beberapa daerah telah memproduksi kerupuk Ikan, data mengenai jumlah produksi kerupuk ikan baik di tingkat nasional maupun daerah belum bisa diperoleh. Sampai saat ini belum ada survey yang mengidentifikasi jumlah usaha kerupuk ikan baik di tingkat lokal maupun nasional.
Kerupuk ikan dapat diproduksi sehari-hari dan tidak tergantung pada musim. Hanya saja kemungkinan terjadi penurunan pasokan kerupuk pada musim hujan karena produksinya menurun. Tetapi dengan berkembangnya teknologi, hambatan proses pengeringan pada musim hujan dapat teratasi sehingga pada musim hujan proses produksi masih bisa dilakukan meskipun tidak sebanyak pada musim kemarau. Selain itu pasokan ikan yang bisa diperoleh tiap hari dapat menjamin keberlangsungan usaha sekaligus pasokan kerupuk.

3.      Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan untuk usaha ini cukup tinggi karena jumlah usaha pembuatan kerupuk relatif banyak dan jenis kerupuk yang sangat bervariasi. Peluang pasar untuk produk kerupuk ini dapat diperoleh dengan menghasilkan produk inovasi baru dengan kualitas rasa yang lebih enak dan warna ataupun bentuk yang lebih menarik. Berbagai jenis kerupuk yang ada di pasaran membuat konsumen semakin mempunyai banyak pilihan.
Selain produk inovasi baru peluang pasar untuk kerupuk ikan adalah segmen pasar yang sangat luas. Produk ini dikonsumsi secara luas dari masyarakat berpenghasilan rendah sampai masyarakat penghasilan tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah sehingga bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah konsumsi kerupuk ikan akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan gaya hidup masyarakat yang menjadikan kerupuk ikan sebagai makanan pelengkap sehari-hari.

Aspek Pemasaran
1.      Harga
Harga kerupuk ikan mengikuti hukum penawaran dan permintaan. Jika penawaran menurun maka harga kerupuk cenderung naik. Banyaknya jumlah usaha dengan berbagai jenis kerupuk yang dihasilkan menyebabkan jumlah penawaran yang cukup besar. Dalam masalah harga, produsen tidak biisa menentukan harga seperti pada pasar persaingan sempurna. Pihak yang dapat mempengaruhi harga adalah pedagang. Banyaknya jenis kerupuk di pasar m.mbuat konsumen bebas memilih produk sesuai selera, sehingga produk van; laku tersebut akan naik harganya dan dapat menurunkan harga kerupuk jlnls lain.
Harga rata-rata kerupuk ikan kualitas medium di tingkat produsen pada tahun 2004 di 5idoarjo mencapai Rp.30.000,- sampai Rp.32.500,- per bal isi I) kg kerupuk siap goreng atau Rp.6.000,- sampai Rp.6.500,- tiap kg. Harga kerupuk ikan ini cukup fluktuatif. Perubahan harga tersebut bervariasi tetapi biasanya masih berada pada kisaran 10%. Kenaikan harga terjadi pada saat inilah produksi menurun yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku dan penurunan produksi terutama pada musim penghujan.
2.      Rantai Pemasaran
Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana kerupuk ikan sampai krpada konsumen. Pengusaha kerupuk ikan sebagian besar hanya menghasilkan produk sampai pada kerupuk mentah siap goreng. Hasil produksi berupa kerupuk siap goreng dipasarkan ke konsumen akhir (rumah tangga) melalui 3 cara yaitu:
Ø  Usaha penggorengan
Usaha penggorengan merupakan usaha yang timbul sebagai usaha pengolahan lanjutan dari kerupuk ikan. Produk dari usaha ini berupa kerupuk goreng siap konsumsi yang dikemas kemudian dijual ke konsumen melalui toko, pedagang, pasar ataupun langsung ke konsumen akhir.
Ø  Agen/toko
Agen/toko ini berfungsi sebagai pengepul yang akan menjual produk kerupuk siap goreng pada penjual eceran atau langsung kepada konsumen akhir.
Ø  Pengecer
Pedagang yang menjual langsung kepada konsumen
Dari pola pemasaran produk di atas, dapat diketahui bahwa produk akan sampai pada konsumen akhir dalam dua bentuk yaitu kerupuk mentah siap goreng dan kerupuk goreng siap konsumsi.
Diagram Air Rantai Pemasarn Kerupuk Ikan



 












3.      Kendala Pemasaran
Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan adalah masalah harga: Harga kerupuk ikan per kilogramnya relatif lebih mahal dibandingkan jenis kerupuk lain yang tidak memakai ikan sebagai campuran.
Mahalnya harga kerupuk ikan udang ini menyebabkan pembeli untuk produk ini masih terbatas. Masyarakat dengan pendapatan menengah ke atas mungkin akan membeli kerupuk ikan sebagai kebutuhan sehari-hari, tetapi untuk masyarakat dengan pendapatan yang masih rendah konsumsi untuk kerupuk ikan ini masih terbatas pada acara-acara tertentu yang dianggap istimewa dan untuk konsumsi sehari-hari lebih memilih kerupuk jenis lainnya yang lebih murah.


















BAB III
B.     ASPEK TEKNIS & PRODUKSI
Dalam hal ini akan dibahas mengenai teknis pembuatan kerupuk ikan.  Secara teknis pembuatan kerupuk ikan relatif mudah dilakukan karena bahan-bahan yang mudah didapat dan alat-alat yang digunakan cukup sederhana
Lokasi Usaha
Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya dilakukan di daerah-daerah yang dekat dengan wilayah perairan baik wilayah dekat pantai ataupun sungai-sungai besar agar dapat memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih murah. Untuk pembuatan kerupuk ikan tidak memerlukan lokasi usaha yang spesifik. Rumah tangga pada umumnya dapat melakukan usaha ini sepanjang memiliki tanah lapang yang cukup untuk proses penjemuran. Pada lokasi usaha yang hanya memiliki tanah sempit dapat melakukan penyesuaian dengan membuat tempat penjemuran pada bagian atas bangunan yang dibuat bertingkat.
Fasilitas Produksi dan Peralatan
  1. Fasilitas Produksi
Ø  Bangunan untuk proses produksi
Bangunan digunakan untuk aktivitas proses produksi yang meliputi penyiapan bahan baku, pembuatan adonan, pencetakan, pengukusan, pendinginan, pemotongan, pengeringan penjemuran dan penyimpanan. Luas lahan yang digunakan tergantung pada jenis dan banyaknya fasilitas yang dimiliki atau dengan kata lain skala usaha yang dimiliki. Layout pabrik diatur sesuai dengan urutan tahap-tahap produksi. Hal ini memudahkan untuk proses pemindahan barang dari masing-masing tahap. Ruangan untuk tempat pemotongan misalnya merupakan ruangan yang langsung tembus ke lahan penjemuran untuk memudahkan proses pengangkutan kerupuk setelah dipotong untuk selanjutnya dijemur. Gudang penyimpanan output disesuaikan dengan jumlah produksi.
Ø  Lahan penjemuran
Lahan penjemuran untuk pengeringan kerupuk ini relatif lebih luas dibandingkan bangunan tempat produksi yang lain. Tanah yang digunakan untuk penjemuran disemen agar kerupuk basah yang dijemur tidak kotor oleh tanah. Di pinggir-pinggir lahan penjemuran diberi atap untuk penyimpanan sementara kerupuk yang belum kering pada waktu malam hari atau saat hujan.
  1. Peralatan
Kerupuk ikan dapat diproduksi dengan alat yang sederhana atau dengan peralatan dengan teknologi modern. Untuk industri rumah tangga yang memproduksi kerupuk ikan baik untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual dengan likala yang masih kecil dapat menggunakan alat-alat yang sederhana. Adapun alat-alat sederhana yang digunakan untuk pembuatan kerupuk ikan yaitu:
1.      Baskom
2.      Dandang
3.      Alat penghancur bumbu (cobek)
4.      Pisau
5.      Tampah (Nyiru)
6.      Kompor
7.      Loyang
8.      Sendok
Usaha pembuatan kerupuk ikan dengan skala yang besar menggunakan alat-alat dengan teknologi yang lebih modern. Penggunaan teknologi modern ini dapat mengurangi jumlah pekerja sekaligus menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang singkat. Adapun peralatan modern yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk ikan antara lain:
Ø  Alat penghancur ikan
Digunakan untuk melumatkan ikan yang telah dibersihkan kepala dan sisiknya sehingga diperoleh daging ikan yang telah ditumbuk halus dan siap dicampur dengan bahan lain.
Ø  Alat pelembut bahan (mulen)
Mesin ini digunakan untuk melembutkan campuran ikan yang telah dihaluskan dan adonan tepung dan bumbu. Mesin ini berkapasitas hingga 10 kg dan dapat dijalankan oleh 1 (satu) orang tenaga kerja.
Ø  Bak pencampur bahan
Bak ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang rata-rata 2 meter dan lebar 1 meter yang terbuat dari kayu. Ukuran bak ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas muatan yang diinginkan.
Ø  Pencetak
Mesin pencetak ini digunakan untuk mencetak adonan, berbentuk silinder sebelum dimasukkan ke cetakan sesuai ukuran yang diinginkan. Terdapat juga meja press agar adonan yang tercetak menjadi lebih padat dan kenyal. Mesin cetak ini membutuhkan 1 orang tenaga kerja untuk menjalankannya.
Ø  Alat pengukus (dandang)
Alat pengukus (dandang) berbentuk tabung panjang yang terbuat dari aluminium.
Ø  Mesin pemotong
Mesin pemotong ini digunakan untuk memotong kerupuk yang telah didinginkan selama 1 hari (24 jam). Mesin ini dijalankan oleh 2 (dua) orang tenaga kerja.
Ø  Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan kerupuk terutama pada saat sinar matahari kurang atau pada saat musim hujan. Oven berbentuk persegi panjang yang terbuat dari eor-coran semen dan pasir yang terbagi dalam dua bagian. Bagian atas merupakan tempat kerupuk yang akan dikeringkan sedangkan bagian bawah berupa kolong untuk mengalirkan panas. Oven terdiri dari dryer dan mesin diesel.
  1. Bahan Baku
Terdapat bermacam-macam jenis kerupuk yang pembuatannya menggunakan bahan baku yang berbeda-beda. Seperti namanya, kerupuk ikan merupakan kerupuk yang berbahan baku ikan. Berbagai jenis ikan dapat dlgunakan untuk pembuatan kerupuk ikan, namun tidak semua jenis ikan dapat dibuat kerupuk ikan. Adapun jenis ikan yang sering dibuat kerupuk antara lain Ikan tenggiri dan ikan pipih, serta ikan-ikan lainnya. Selain ikan, usaha ini menggunakan bahan baku lain yaitu tepung tapioka, tepung terigu, tepung sagu dan telur.
Bumbu juga digunakan dalam pembuatan kerupuk ikan untuk mennmbal1 rasa lezat dan gurih. Adapun bumbu-bumbu yang digunakan adalah garam, gula dan penyedap rasa. Zat pewarna sering digunakan sebagai bahan tambahan untuk memberikan warna agar lebih menarik.
Teknologi
Dalam usaha pembuatan kerupuk ikan dapat menggunakan teknologi tradisional ataupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini berkaitan dengan jenis peralatan yang digunakan selama proses produksi.
a.      Teknologi tradisional
Peralatan yang digunakan pada teknologi ini mudah diperoleh sebab merupakan peralatan yang sering dipakai dalam rumah tangga pada umumnya. Selain alat, tenaga kerja merupakan faktor utama dalam hasil produksi kerupuk, sebab beberapa proses produksi mengandalkan tenaga manusia. Penggunaan peralatan sederhana ini sangat mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan mutu. Dengan hanya menggunakan teknologi tradisional ini terkadang hanya dapat menghasilkan 1 (satu) kali adonan. Kapasitas produksi dengan alat sederhana ini sangat keeil dengan mutu yang kurang baik.
b.      Teknologi modern
Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern menggunakan peralatan seperti mesin cetak otomatis yang menghasilkan bentuk yang lebih variatif, mesin pemotong yang lebih eepat dan penggunaan oven, Penggunaan teknologi ini dapat menghasilkan jumlah produksi yang berlipat-lipat jika dibandingkan dengan teknologi sederhana. Dalam satu hari dapat dilakukan 3-4 kali adonan kerupuk. Selain itu dengan teknologi ini akan menghemat jumlah tenaga kerja yang digunakan yang akan menurunkan biaya operasional.
c.       Teknologi menengah
Pada pembuatan kerupuk dengan teknologi menengah menggunakan peralatan yang terdiri dari mesin-mesin dengan kapasitas yang relatif masih rendah.
C.    ASPEK MANAJEMEN
Aspek manajemen ini sangat diperlukan dalam suatu proyek bisnis untuk pengelolaan dan pengendaliannya sehingga mencapai apa yang menjadi tujuan suatu proyek tersebut namun dalam bisnis krupuk ikan ini kurang  memperhatikan dari aspek manajemen karena usaha ini terlalu simple untuk menerapkan sistem manajemen ini dan berfokus pada rasa dan keanekaragaman dari produk itu sendiri dan bagaimana manajemen pemasarannya dalam memperkenalkan pada konsumen.
D.    ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA
Tenaga kerja yang diperlukan dalam pembuatan kerupuk tidak memerlukan keahlian khusus. Dalam hal ini tenaga kerja pria dan wanita dapat dipekerjakan pada semua tahap pembuatan. Akan tetapi tenaga kerja laki-laki sebagian besar ditempatkan pada proses penyiapan bahan, pencetakan, pengukusan, dan pemotongan sedangkan tenaga kerja wanita banyak digunakan pada tahap pemotongan, penjemuran dan pengepakan. Selain tenaga kerja tetap, terkadang diperlukan tenaga kerja borongan jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan pesanan atau pada musim kemarau dimana proses produksi meningkat.
Pembentukan struktur organisasi dalam usaha krupuk ini disesuaikan dengan kemampuan individu yang mana dalam usaha pembuatan krupuk ikan ini memiliki tenaga kerja sebannyak 20 orang. Berikut adalah bentuk strutur organisasi.








BAB IV
ASPEK KEUANGAN/FINANSIAL
1.      Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan
Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan pada asumsi yang terangkum dalam Tabel Asumsi dibawah ini. Periode proyek adalah 5 tahun. Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin peralatan dan jumlah tenaga kerja seperti yang tercantum dalam tabel asumsi dibawah ini, seorang pengusaha mampu memproduksi 310 kg kerupuk.
Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
No
Asumsi
Satuan
Jumlah/
Nilai
Keterangan
1.
Periode proyek
tahun
5
Periode 5 tahun
2.
Luas tanah
m2
2.000


- Luas bangunan
m2
500


- Luas tanah penjemuran
m2
1.500

3.
Sarana Transportasi
unit
1
Mobil box
4.
Hari kerja selamal tahun




- tenaga kerja tetap
hari
285


- tenaga borongan
hari
200

5
Produksi dan Harga




Produksi per hari
/kg
620
2 adonan per hari.
produksi @310 kg
Kerupuk









Harga kerupuk ikan
/kg
6.000
6.
Penggunaan tenaga Kerja




Tenaga Manajerial
orang
2


-Tenaga kerja tetap
orang
14


Tenaga kerja borongan
orang
4

7.
Upah tenaga kerja




Tenaga Manajerial
Rp/hr
36.000


Tenaga kerja tetap
Rp/hr
18.000


Tenaga kerja borongan
Rp/hr
22.000

8.
Penggunaan bahan baku


untuk satu kali adonan

Tepung tapioka
kg
300

Ikan
kg
50

Garam
kg
10

Gula
kg
12,5

Telur
kg
10

Penyedap
kg
2

Pewarna
kg
0,25
9.
Discount Factor/suku bunga
%
17%


2.Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional
a.      Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha kerupuk ikan terdiri dari beberapa komponen diantaranya biaya perijinan, sewa tanah, pembelian mesin atau peralatan produksi, peralatan pendukung dan sarana transportasi.
Biaya perijinan meliputi ijin usaha dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Departemen Kesehatan dengan jumlah biaya Rp.600.000,- dan masa berlaku selama 3 tahun. Sewa tanah dibayarkan tiap tahun, sehingga setiap tahun harus dikeluarkan biaya untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun 0 adalah Rp.299.339.000,-.
Biaya investasi
No
Jenis Biaya
Nilai
Penyusutan

1
Perizinan
600.000
0

2
Sewa Tanah dan Bangunan
150.000.000

I
3
Mesin/Peralatan Produksi
107.030.000
43.994.750

4
Peralatan lain
1.709.000
221.800

5
Mobil box
40.000.000
4.000.000


Jumlah Biaya Investasi
299.399.000
48.216.550


Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah sewa tanah yang mencapai 50,11% dari total biaya investasi pada awal usaha. Komponen terbesar kedua adalah biaya pembelian mesin/peralatan produksi yaitu sebesar 35,74% dari total biaya investasi. Sedangkan 14,15% sisa biaya untuk investasi merupakan biaya investasi untuk pembelian peralatan lainnya, mobil angkutan dan perijinan.
b.      Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku dan pembantu, peralatan operasional, biaya transportasi, listrik dan telepon, serta upah tenaga kerja. Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari produksi . Jumlah hari produksi dalam setahun 285 hari (asumsi yang digunakan adalah 1 tahun, t=365 hari, dikurangi hari Iibur minggu dan Iibur nasional 64 hari dan jumlah hari tidak berproduksi selama 16 hari).
Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp.711.298.900,-Biaya bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari total biaya operasional per tahun. Komponen biaya terbesar kedua adalah biaya penggunaan tenaga kerja yang mencapai 15,45% dari total biaya operasional tiap tahunnya.
Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan borongan ditambah 2 orang tenaga kerja manajerial yang berasaldari anggota keluarga dengan upah/gaji tenaga manajerial diasumsikan dua kali Iipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja borongan hanya digunakan dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, karena hanya dibutuhkan pada saat terjadi kenaikan permintaan.
No
Jenis Biaya
Nilai (Rp.)
1
Bahan Baku
520.125.000
2
Bahan Pembantu
16.200.000
3
Peralatan Operasional
11.700.000
4
Biava transportasi
14.400.000
5
Biaya Ustrik
7.200.000
6
Biaya telepon
1.800.000
7
Tenaga Kerja
109.940.000
8
Biaya Pemeliharaan
29.933.900

 Jumlah Biaya Operasional Per Tahun
711.298.900

3.Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja
Kebutuhan investasi maupun modal kerja tidak harus dipenuhi sendiri.  Jumlah modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha kerupuk ikan sebesar Rp.374.212.568,-. Jumlah kredit investasi yang dibiayai oleh bank sebesar 70% dari total kebutuhan investasi. Dengan kata lain pengusaha harus menyediakan dana sendiri sebesar 30% dari total dana investasi. Dalam analisis Inl jumlah dana kredit investasi sebesar Rp.209.537.300,-.
Besarnya kredit modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha pembuatan kerupuk ikan mempunyai slklus Produksi (dan pembuatan sampai memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang leblh selama 30 hari atau 1 bulan. Sehingga jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah:
Kebutuhan modal kerja = (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x biaya operasional selama 1 tahun
= (30/285) x Rp.711.298.900
= Rp.74.873.568,-
Jumlah kredit modal kerja dari bank dipersyaratkan sebesar 70% dari kebutuhan dana modal kerja. Dengan demikian jumlah kredit modal kerja sebesar 70% x Rp.74.873.568 = Rp.52.41l.498,-.
Jumlah dan sumber dana untuk usaha kerupuk ikan disajikan dalam Tabel 5.4.  berikut:
Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
No
Rincian Biaya Proyek
Total Biaya
!
1
Dana investasi yang bersumber dari



a, Kredit
209.537.300


b. Dana sendiri
89.801.700


Jumlah dana investasi
299.339.000

2
Dana modal keria bersumber dari



a. Kredit
52.411.498


b. Dana sendiri
22.462.071


Jumlah dana modal keria
74.873.568

3
Total dana proyek yanq bersumber dari




a. Kredit
261.948.798  



b. Dana sendiri
112.263.771



Jumlah dana proyek
374.212.568



4.Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor
Jumlah produksi selama satu tahun sebesar 176.700 kg. Jumlah ini diperoleh dari jumlah adonan per tahun dikalikan dengan jumlah produksi per adonan. Dalam satu tahun dilakukan adonan 570 kali dengan jumlah produksi per adonan sebesar 310 kg kerupuk. Harga kerupuk ikan diasumsikan sebesar Rp.6.000,- tiap kg, sehingga pendapatan produksi kerupuk per tahun sebesar Rp.l.060.200.000,-. Pendapatan sampingan diperoleh dari penjualan kantong bekas tepung tapioka (sak) per tahun rata-rata Rp.1.368.000,-. Penerimaan kotor dalam setahun disajikan dalam Tabel berikut ini :
Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun
No
Uraian
Satuan
Jumlah
Harga
Satuan
Nilai (Rp.)
1
Penjualan per tahun
Kg
176.700
6.000
1.060.200.000
2
Penjualan sak per tahun
Sak
3.420
400
1.368.000
3
Pendapatan kotor



1.061.568.000
Dari tabel di atas diketahui bahwa aliran penerimaan usaha pembuatan kerupuk ikan adalah Rp.1.061.568.000 per tahun. Sedangkan untuk aliran biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya.
5.Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point
Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan, merupakan bagian penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dan selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel kelayakan usaha dibawah ini, menunjukkan keuntungan (surplus) selama periode proyek.
Hasil perhitungan proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha ini telah untung sebesar Rp.144.968.618-. Laba ini akan meningkat untuk tahun-tahun berikutnya karena komponen biaya angsuran kredit yang semakin berkurang. Laba rata-rata selama periode proyek adalah Rp.196.001.526,- per tahun. Profit margin rata-rata per tahun sebesar 18,46%.
Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan kerupuk Ikan, dan hasil analisis diperoleh BEP rata-rata selama 5 tahun untuk usaha ini adalah sebesar Rp.362.713.898,- atau dengan jumlah produksi sebesar 60.452 kg per tahunnya dengan harga kerupuk ikan per kg sebesar Rp.6.000,-
Tabel  Kelayakan Usaha
No
Kriteria Kelayakan
Nilai
1
Net SIC ratio pada DF 17%
1,60
2
NPV pada DF 17% (Rp)
223.409.530
3
IRR (%)
46,37
4
PSP (usaha)
3 tahun 11 bulan

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jangka waktu pengembalian seluruh biaya investasi adalah 3 tahun 11 bulan. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari periode proyek.











BAB V
ASPEK HUKUM
Usaha kerupuk ikan merupakan industri pengolahan makanan, maka ia harus mendapat ijin dari instansi terkait seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta Departemen Kesehatan. Perijinan tersebut diantaranya adalah tanda daftar industri, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan dan ijin SB/MD dari Departemen Kesehatan,dan ijin bebas gangguan lingkungan (HO). Namun demikian dalam usaha ini kami baru beberapa yang sudah ada sedang yang lain masih dalam proses pengadaan perijinan terhadap Departemen terkait.

BAB VI
ASPEK EKONOMI &  SOSIAL SERTA AMDAL

A.    ASPEK EKONOMI &  SOSIAL
Dalam bab ini akan dibahas aspek ekonomi & sosial dari usaha kerupuk ikan. Aspek ini berkaitan dengan dampak usaha terhadap perekonomian baik bagi pengusaha maupun bagi perekonomian secara umum di wilayah tempat tinggal. Aspek ekonomi sangat terkait erat dengan aspek sosial karena dampak yang ditimbulkan bersifat social yaitu menyangkut kebutuhan orang lain terutama di sekitar wilayah usaha.
Usaha kerupuk ikan mempunyai dampak yang positif baik bagi pengusaha, penduduk wilayah setempat. Bagi pengusaha dampak ekonomi dari usaha ini adalah peningkatan
pendapatan. Usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang sangat menguntungkan karena mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Banyaknya industri rumah tangga untuk usaha ini dapat memacu kenaikan pendapatan rumah tangga sehingga kesejahteraan rumah tangga meningkat. Secara makro produksi kerupuk ikan yang tinggi dapat memberikan kontribusi kepada pendapatan daerah setempat. Meskipun bisa dikatakan harga per unit kerupuk ikan relatif murah, tetapi perlu diingat bahwa komoditi ini dapat diproduksi dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Kesempatan untuk ekspor ke luar negeri masih terbuka lebar sehingga dapat menjadi peluang untuk menambah devisa.
Selain merupakan bisnis yang menguntungkan, usaha ini akan memberi dampak sosial yang positif melalui penyerapan tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada biasanya berasal dari saudara, tetangga sekitar atau penduduk wilayah setempat. Dengan menciptakan pekerjaan yang dapat menyerap pekerja dari wilayah sekitar usaha, secara tidak langsung usaha ini telah membantu mengurangi jumlah pengangguran khususnya di daerah tersebut.

B.     ASPEK AMDAL
Aspek dampak lingkungan berkaitan dengan dampak limbah yang dihasilkan, dapat dikatakan bahwa usaha ini relatif tidak menghasilkan limbah yang membahayakan bagi manusia maupun lingkungan sekitarnya. Hasil limbah sebagian besar merupakan air kotor sisa pembersihan.
Biasanya air ini dibuang melalui saluran air yang dapat langsung meresap ke tanah. Air limbah ini tidak mengandung zat-zat kimia yang dapat mencemari tanah dan tanaman. Selain air usaha ini juga menimbulkan bau amis dari ikan yang diolah. Akan tetapi bau ini tidak sampai mengganggu udara secara luas. Dengan demikian dapat disampaikan bahwa usaha kerupuk ikan relatif aman bagi lingkungan.

1 komentar: