USAHA KRUPUK IKAN
BAB I
Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sebagian
besar luas wilayahnya merupakan perairan. Ikan merupakan salah satu hasil
perikanan yang banyak dihasilkan di Indonesia dan merupakan sumber protein
hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ikan mudah didapat dengan harga yang
relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Kandungan
protein yang tinggi pada ikan dan kadar lemak yang rendah sangat bermanfaat
bagi kesehatan tubuh manusia.
Karena manfaat yang tinggi tersebut banyak orang
mengkonsumsi ikan baik berupa daging ikan segar maupun makanan-makanan yang
merupakan hasil olahan dari ikan. Bahkan di Jepang dan Taiwan ikan merupakan
makanan utama dalam lauk sehari-hari.
Salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah
kerupuk ikan. Produk makanan kering
dengan bahan 'baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini" sangat
digemari masyarakat. Makanan ini sering digunakan sebagai pelengkap ketika
bersantap ataupun sebagai makanan ringan. Bahkan untuk jenis makanan khas tertentu selalu dilengkapi dengan kerupuk.
Makanan ini menjadi kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih
dan ringan. Selain rasa yang enak tersebut, kerupuk ikan juga memiliki kandungan
zat-zat kimia yang dtperlukan oleh tubuh manusia.. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan protein pada ikan tidak banyak yang hilang setelah mengalami
pengolahan. Jika dibandingkan dengan kerupuk udang, kandungan vitamin dan
mineral pada kerupuk ikan lebih rendah.
Proses pembuatan kerupuk ikan sangatlah sederhana
dan mudah diusahakan. Industri ini banyak berkembang di wilayah-wilayah
perairan dengan produksi ikan tinggi. Di samping dapat diusahakan dengan
peralatan modern, usaha ini juga dapat dijalankan dengan peralatan tradisional.
Oleh sebab Itulah usaha kerupuk ikan banyak dilakukan oleh rumah tangga yang
merupakan industri mikro.
Dilihat dari aspek ekonomis, usaha kerupuk ikan
merupakan bisnis yang sangat menguntungkan. Peluang pasar dalam negeri maupun
ekspor untuk komoditi ini masih sangat terbuka.
Hal ini dikarenakan kerupuk ikan merupakan konsuumsi sehari-hari
masyarakat sehingga permintaan untuk kerupuk ikan relatif stabil bahkan
cenderung mengalami kenaikan. Selain mampu meningkatkan pendapatan bagi
pengusaha, usaha ini juga mampu membantu meningkatkan pendapatan penduduk
sekitar yang akhirnya berpengaruh pada perekonomian daerah.
Dilihat dari aspek sosial, usaha kerupuk ikan
mempunyai dampak sosial yang positif.
Industri kecil rumah tangga ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan
sekitar. Secara tidak langsung ini
merupakan upaya penciptaan lingkungan kerja yang mengurangi jumlah pengangguran
di suatu wilayah. Dilihat dari sisi dampak lingkungan, usaha kerupuk ikan tidak
menimbulkan pencemaran Iingkungan.
Limbah yang dihasilkan dari usaha ini hanyalah air sisa pembersihan yang
tidak mengandung zat-zat kimia dan langsung meresap ke dalam tanah.
BAB II
A. Aspek
Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar disini menyangkut hal permintaan dan
penawaran kerupuk ikan sedangkan aspek pemasaran meliputi masalah harga, rantai
pemasaran, peluang pasar dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pemasaran
kerupuk ikan.
Aspek Pasar
1.
Permintaan
Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha
penggorengan, agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang
menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat
diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan
olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut data dari Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih
banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah
perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk wilayah
pedesaan.
Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang
lebih tinggi dibanding pedesaan dikarenakan pendapatan penduduk di kota yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk
yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha penjualan makanan.
Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering diabaikan oleh
penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan yang lebih pokok.
Tabel
Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata perKapita untuk Kerupuk (wilayah)
Wilayah
|
Banyaknya
(ons)
|
Nilai
(Rp.)
|
Perkotaan (Urban)
|
0.193
|
154
|
Pedesaan (Rural)
|
0.147
|
99
|
Perkotaan + Pedesaan
|
0.166
|
122
|
Sumber : Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
2.
Penawaran
Usaha kerupuk ikan banyak diusahakan di
daerah-daerah yang banyak menghasilkan Ikan terutama daerah-daerah pantai dan
sungai-sungai besar seperti di Kalimantan. Meskipun beberapa daerah telah
memproduksi kerupuk Ikan, data mengenai jumlah produksi kerupuk ikan baik di
tingkat nasional maupun daerah belum bisa diperoleh. Sampai saat ini belum ada
survey yang mengidentifikasi jumlah usaha kerupuk ikan baik di tingkat lokal
maupun nasional.
Kerupuk ikan dapat diproduksi sehari-hari dan tidak
tergantung pada musim. Hanya saja kemungkinan terjadi penurunan pasokan kerupuk
pada musim hujan karena produksinya menurun. Tetapi dengan berkembangnya
teknologi, hambatan proses pengeringan pada musim hujan dapat teratasi sehingga
pada musim hujan proses produksi masih bisa dilakukan meskipun tidak sebanyak
pada musim kemarau. Selain itu pasokan ikan yang bisa diperoleh tiap hari dapat
menjamin keberlangsungan usaha sekaligus pasokan kerupuk.
3.
Analisis
Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan untuk usaha ini cukup tinggi karena
jumlah usaha pembuatan kerupuk relatif banyak dan jenis kerupuk yang sangat
bervariasi. Peluang pasar untuk produk kerupuk ini dapat diperoleh dengan
menghasilkan produk inovasi baru dengan kualitas rasa yang lebih enak dan warna
ataupun bentuk yang lebih menarik. Berbagai jenis kerupuk yang ada di pasaran
membuat konsumen semakin mempunyai banyak pilihan.
Selain produk inovasi baru peluang pasar untuk
kerupuk ikan adalah segmen pasar yang sangat luas. Produk ini dikonsumsi secara
luas dari masyarakat berpenghasilan rendah sampai masyarakat penghasilan
tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah sehingga bisa dijangkau oleh semua
lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah konsumsi kerupuk ikan akan meningkat
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan gaya hidup
masyarakat yang menjadikan kerupuk ikan sebagai makanan pelengkap sehari-hari.
Aspek Pemasaran
1.
Harga
Harga kerupuk
ikan mengikuti hukum penawaran dan permintaan. Jika penawaran menurun maka
harga kerupuk cenderung naik. Banyaknya jumlah usaha dengan berbagai jenis
kerupuk yang dihasilkan menyebabkan jumlah penawaran yang cukup besar. Dalam
masalah harga, produsen tidak biisa menentukan harga seperti pada pasar
persaingan sempurna. Pihak yang dapat mempengaruhi harga adalah pedagang.
Banyaknya jenis kerupuk di pasar m.mbuat konsumen bebas memilih produk sesuai
selera, sehingga produk van; laku tersebut akan naik harganya dan dapat
menurunkan harga kerupuk jlnls lain.
Harga
rata-rata kerupuk ikan kualitas medium di tingkat produsen pada tahun 2004 di
5idoarjo mencapai Rp.30.000,- sampai Rp.32.500,- per bal isi I) kg kerupuk siap
goreng atau Rp.6.000,- sampai Rp.6.500,- tiap kg. Harga kerupuk ikan ini cukup
fluktuatif. Perubahan harga tersebut bervariasi tetapi biasanya masih berada
pada kisaran 10%. Kenaikan harga terjadi pada saat inilah produksi menurun yang
disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku dan penurunan produksi terutama pada
musim penghujan.
2.
Rantai
Pemasaran
Rantai pemasaran
menggambarkan bagaimana kerupuk ikan sampai krpada konsumen. Pengusaha kerupuk
ikan sebagian besar hanya menghasilkan produk sampai pada kerupuk mentah siap
goreng. Hasil produksi berupa kerupuk siap goreng dipasarkan ke konsumen akhir
(rumah tangga) melalui 3 cara yaitu:
Ø Usaha penggorengan
Usaha penggorengan merupakan usaha yang timbul
sebagai usaha pengolahan lanjutan dari kerupuk ikan. Produk dari usaha ini
berupa kerupuk goreng siap konsumsi yang dikemas kemudian dijual ke konsumen
melalui toko, pedagang, pasar ataupun langsung ke konsumen akhir.
Ø Agen/toko
Agen/toko ini berfungsi sebagai pengepul yang akan
menjual produk kerupuk siap goreng pada penjual eceran atau langsung kepada
konsumen akhir.
Ø Pengecer
Pedagang yang menjual langsung kepada konsumen
Dari pola
pemasaran produk di atas, dapat diketahui bahwa produk akan sampai pada
konsumen akhir dalam dua bentuk yaitu kerupuk mentah siap goreng dan kerupuk
goreng siap konsumsi.
Diagram Air Rantai Pemasarn Kerupuk Ikan
3.
Kendala
Pemasaran
Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan adalah masalah
harga: Harga kerupuk ikan per kilogramnya relatif lebih mahal dibandingkan
jenis kerupuk lain yang tidak memakai ikan sebagai campuran.
Mahalnya harga kerupuk ikan udang ini menyebabkan
pembeli untuk produk ini masih terbatas. Masyarakat dengan pendapatan menengah
ke atas mungkin akan membeli kerupuk ikan sebagai kebutuhan sehari-hari, tetapi
untuk masyarakat dengan pendapatan yang masih rendah konsumsi untuk kerupuk
ikan ini masih terbatas pada acara-acara tertentu yang dianggap istimewa dan
untuk konsumsi sehari-hari lebih memilih kerupuk jenis lainnya yang lebih
murah.
BAB III
B.
ASPEK TEKNIS & PRODUKSI
Dalam hal ini akan dibahas mengenai teknis
pembuatan kerupuk ikan. Secara teknis
pembuatan kerupuk ikan relatif mudah dilakukan karena bahan-bahan yang mudah
didapat dan alat-alat yang digunakan cukup sederhana
Lokasi Usaha
Lokasi usaha pengolahan
produk ikan sebaiknya dilakukan di daerah-daerah yang dekat dengan wilayah
perairan baik wilayah dekat pantai ataupun sungai-sungai besar agar dapat
memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih murah. Untuk pembuatan kerupuk
ikan tidak memerlukan lokasi usaha yang spesifik. Rumah tangga pada umumnya
dapat melakukan usaha ini sepanjang memiliki tanah lapang yang cukup untuk
proses penjemuran. Pada lokasi usaha yang hanya memiliki tanah sempit dapat
melakukan penyesuaian dengan membuat tempat penjemuran pada bagian atas
bangunan yang dibuat bertingkat.
Fasilitas
Produksi dan Peralatan
- Fasilitas Produksi
Ø Bangunan untuk proses produksi
Bangunan
digunakan untuk aktivitas proses produksi yang meliputi penyiapan bahan baku,
pembuatan adonan, pencetakan, pengukusan, pendinginan, pemotongan, pengeringan
penjemuran dan penyimpanan. Luas lahan yang digunakan tergantung pada jenis dan
banyaknya fasilitas yang dimiliki atau dengan kata lain skala usaha yang
dimiliki. Layout pabrik diatur sesuai dengan urutan tahap-tahap produksi. Hal
ini memudahkan untuk proses pemindahan barang dari masing-masing tahap. Ruangan
untuk tempat pemotongan misalnya merupakan ruangan yang langsung tembus ke
lahan penjemuran untuk memudahkan proses pengangkutan kerupuk setelah dipotong
untuk selanjutnya dijemur. Gudang penyimpanan output disesuaikan dengan jumlah
produksi.
Ø Lahan penjemuran
Lahan penjemuran untuk pengeringan kerupuk ini
relatif lebih luas dibandingkan bangunan tempat produksi yang lain. Tanah yang
digunakan untuk penjemuran disemen agar kerupuk basah yang dijemur tidak kotor
oleh tanah. Di pinggir-pinggir lahan penjemuran diberi atap untuk penyimpanan
sementara kerupuk yang belum kering pada waktu malam hari atau saat hujan.
- Peralatan
Kerupuk ikan dapat diproduksi dengan alat yang
sederhana atau dengan peralatan dengan teknologi modern. Untuk industri rumah
tangga yang memproduksi kerupuk ikan baik untuk dikonsumsi sendiri ataupun
dijual dengan likala yang masih kecil dapat menggunakan alat-alat yang
sederhana. Adapun alat-alat sederhana yang digunakan untuk pembuatan kerupuk
ikan yaitu:
1.
Baskom
2.
Dandang
3.
Alat
penghancur bumbu (cobek)
4.
Pisau
5.
Tampah
(Nyiru)
6.
Kompor
7.
Loyang
8.
Sendok
Usaha pembuatan kerupuk
ikan dengan skala yang besar menggunakan alat-alat dengan teknologi yang lebih
modern. Penggunaan teknologi modern ini dapat mengurangi jumlah pekerja
sekaligus menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang
singkat. Adapun peralatan modern yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk
ikan antara lain:
Ø Alat penghancur ikan
Digunakan untuk
melumatkan ikan yang telah dibersihkan kepala dan sisiknya sehingga diperoleh
daging ikan yang telah ditumbuk halus dan siap dicampur dengan bahan lain.
Ø Alat pelembut bahan (mulen)
Mesin ini digunakan untuk
melembutkan campuran ikan yang telah dihaluskan dan adonan tepung dan bumbu.
Mesin ini berkapasitas hingga 10 kg dan dapat dijalankan oleh 1 (satu) orang
tenaga kerja.
Ø Bak pencampur bahan
Bak ini berbentuk persegi
empat dengan ukuran panjang rata-rata 2 meter dan lebar 1 meter yang terbuat
dari kayu. Ukuran bak ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas muatan
yang diinginkan.
Ø Pencetak
Mesin pencetak ini
digunakan untuk mencetak adonan, berbentuk silinder sebelum dimasukkan ke
cetakan sesuai ukuran yang diinginkan. Terdapat juga meja press agar adonan
yang tercetak menjadi lebih padat dan kenyal. Mesin cetak ini membutuhkan 1
orang tenaga kerja untuk menjalankannya.
Ø Alat pengukus (dandang)
Alat pengukus (dandang)
berbentuk tabung panjang yang terbuat dari aluminium.
Ø Mesin pemotong
Mesin pemotong ini
digunakan untuk memotong kerupuk yang telah didinginkan selama 1 hari (24 jam).
Mesin ini dijalankan oleh 2 (dua) orang tenaga kerja.
Ø Oven
Oven digunakan untuk
mengeringkan kerupuk terutama pada saat sinar matahari kurang atau pada saat
musim hujan. Oven berbentuk persegi panjang yang terbuat dari eor-coran semen
dan pasir yang terbagi dalam dua bagian. Bagian atas merupakan tempat kerupuk
yang akan dikeringkan sedangkan bagian bawah berupa kolong untuk mengalirkan
panas. Oven terdiri dari dryer dan mesin diesel.
- Bahan Baku
Terdapat bermacam-macam
jenis kerupuk yang pembuatannya menggunakan bahan baku yang berbeda-beda.
Seperti namanya, kerupuk ikan merupakan kerupuk yang berbahan baku ikan.
Berbagai jenis ikan dapat dlgunakan untuk pembuatan kerupuk ikan, namun tidak
semua jenis ikan dapat dibuat kerupuk ikan. Adapun jenis ikan yang sering
dibuat kerupuk antara lain Ikan tenggiri dan ikan pipih, serta ikan-ikan
lainnya. Selain ikan, usaha ini menggunakan bahan baku lain yaitu tepung
tapioka, tepung terigu, tepung sagu dan telur.
Bumbu juga digunakan
dalam pembuatan kerupuk ikan untuk mennmbal1 rasa lezat dan gurih. Adapun
bumbu-bumbu yang digunakan adalah garam, gula dan penyedap rasa. Zat pewarna
sering digunakan sebagai bahan tambahan untuk memberikan warna agar lebih
menarik.
Teknologi
Dalam usaha
pembuatan kerupuk ikan dapat menggunakan teknologi tradisional ataupun
teknologi modern. Perbedaan teknologi ini berkaitan dengan jenis peralatan yang
digunakan selama proses produksi.
a. Teknologi
tradisional
Peralatan
yang digunakan pada teknologi ini mudah diperoleh sebab merupakan peralatan
yang sering dipakai dalam rumah tangga pada umumnya. Selain alat, tenaga kerja
merupakan faktor utama dalam hasil produksi kerupuk, sebab beberapa proses
produksi mengandalkan tenaga manusia. Penggunaan peralatan sederhana ini sangat
mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan mutu. Dengan hanya menggunakan
teknologi tradisional ini terkadang hanya dapat menghasilkan 1 (satu) kali
adonan. Kapasitas produksi dengan alat sederhana ini sangat keeil dengan mutu
yang kurang baik.
b. Teknologi
modern
Pembuatan
kerupuk dengan teknologi modern menggunakan peralatan seperti mesin cetak
otomatis yang menghasilkan bentuk yang lebih variatif, mesin pemotong yang
lebih eepat dan penggunaan oven, Penggunaan teknologi ini dapat menghasilkan
jumlah produksi yang berlipat-lipat jika dibandingkan dengan teknologi
sederhana. Dalam satu hari dapat dilakukan 3-4 kali adonan kerupuk. Selain itu
dengan teknologi ini akan menghemat jumlah tenaga kerja yang digunakan yang
akan menurunkan biaya operasional.
c. Teknologi
menengah
Pada
pembuatan kerupuk dengan teknologi menengah menggunakan peralatan yang terdiri
dari mesin-mesin dengan kapasitas yang relatif masih rendah.
C.
ASPEK MANAJEMEN
Aspek
manajemen ini sangat diperlukan dalam suatu proyek bisnis untuk pengelolaan dan
pengendaliannya sehingga mencapai apa yang menjadi tujuan suatu proyek tersebut
namun dalam bisnis krupuk ikan ini kurang
memperhatikan dari aspek manajemen karena usaha ini terlalu simple untuk
menerapkan sistem manajemen ini dan berfokus pada rasa dan keanekaragaman dari
produk itu sendiri dan bagaimana manajemen pemasarannya dalam memperkenalkan
pada konsumen.
D.
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA
Tenaga kerja
yang diperlukan dalam pembuatan kerupuk tidak memerlukan keahlian khusus. Dalam
hal ini tenaga kerja pria dan wanita dapat dipekerjakan pada semua tahap
pembuatan. Akan tetapi tenaga kerja laki-laki sebagian besar ditempatkan pada
proses penyiapan bahan, pencetakan, pengukusan, dan pemotongan sedangkan tenaga
kerja wanita banyak digunakan pada tahap pemotongan, penjemuran dan pengepakan.
Selain tenaga kerja tetap, terkadang diperlukan tenaga kerja borongan jika
sewaktu-waktu terjadi lonjakan pesanan atau pada musim kemarau dimana proses
produksi meningkat.
Pembentukan
struktur organisasi dalam usaha krupuk ini disesuaikan dengan kemampuan
individu yang mana dalam usaha pembuatan krupuk ikan ini memiliki tenaga kerja
sebannyak 20 orang. Berikut adalah bentuk strutur organisasi.
BAB IV
ASPEK
KEUANGAN/FINANSIAL
1. Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan
Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan
biaya didasarkan pada asumsi yang terangkum dalam Tabel Asumsi dibawah ini.
Periode proyek adalah 5 tahun. Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai
sekarang (present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal
dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin peralatan dan jumlah tenaga kerja seperti
yang tercantum dalam tabel asumsi dibawah ini, seorang pengusaha mampu
memproduksi 310 kg kerupuk.
Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
No
|
Asumsi
|
Satuan
|
Jumlah/
Nilai
|
Keterangan
|
1.
|
Periode proyek
|
tahun
|
5
|
Periode 5 tahun
|
2.
|
Luas tanah
|
m2
|
2.000
|
|
|
- Luas bangunan
|
m2
|
500
|
|
|
- Luas tanah penjemuran
|
m2
|
1.500
|
|
3.
|
Sarana Transportasi
|
unit
|
1
|
Mobil box
|
4.
|
Hari kerja selamal tahun
|
|
|
|
|
- tenaga kerja tetap
|
hari
|
285
|
|
|
- tenaga borongan
|
hari
|
200
|
|
5
|
Produksi dan Harga
|
|
|
|
|
Produksi per hari
|
/kg
|
620
|
2 adonan per hari.
produksi @310 kg
Kerupuk
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Harga kerupuk ikan
|
/kg
|
6.000
|
|
6.
|
Penggunaan tenaga Kerja
|
|
|
|
|
Tenaga Manajerial
|
orang
|
2
|
|
|
-Tenaga kerja tetap
|
orang
|
14
|
|
|
Tenaga kerja
borongan
|
orang
|
4
|
|
7.
|
Upah tenaga kerja
|
|
|
|
|
Tenaga Manajerial
|
Rp/hr
|
36.000
|
|
|
Tenaga kerja tetap
|
Rp/hr
|
18.000
|
|
|
Tenaga kerja borongan
|
Rp/hr
|
22.000
|
|
8.
|
Penggunaan bahan baku
|
|
|
untuk satu kali adonan
|
|
Tepung tapioka
|
kg
|
300
|
|
|
Ikan
|
kg
|
50
|
|
|
Garam
|
kg
|
10
|
|
|
Gula
|
kg
|
12,5
|
|
|
Telur
|
kg
|
10
|
|
|
Penyedap
|
kg
|
2
|
|
|
Pewarna
|
kg
|
0,25
|
|
9.
|
Discount Factor/suku bunga
|
%
|
17%
|
|
2.Komponen
Biaya Investasi dan Biaya Operasional
a. Biaya
Investasi
Biaya
investasi merupakan biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah
produk yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha kerupuk ikan terdiri dari
beberapa komponen diantaranya biaya perijinan, sewa tanah, pembelian mesin atau
peralatan produksi, peralatan pendukung dan sarana transportasi.
Biaya
perijinan meliputi ijin usaha dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan
Departemen Kesehatan dengan jumlah biaya Rp.600.000,- dan masa berlaku selama 3
tahun. Sewa tanah dibayarkan tiap tahun, sehingga setiap tahun harus dikeluarkan
biaya untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan
reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya
kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun 0 adalah
Rp.299.339.000,-.
Biaya investasi
No
|
Jenis Biaya
|
Nilai
|
Penyusutan
|
|
1
|
Perizinan
|
600.000
|
0
|
|
2
|
Sewa Tanah dan
Bangunan
|
150.000.000
|
|
I
|
3
|
Mesin/Peralatan
Produksi
|
107.030.000
|
43.994.750
|
|
4
|
Peralatan lain
|
1.709.000
|
221.800
|
|
5
|
Mobil box
|
40.000.000
|
4.000.000
|
|
|
Jumlah Biaya
Investasi
|
299.399.000
|
48.216.550
|
|
Komponen terbesar untuk biaya investasi
ini adalah sewa tanah yang mencapai 50,11% dari total biaya investasi pada awal
usaha. Komponen terbesar kedua adalah biaya pembelian mesin/peralatan produksi
yaitu sebesar 35,74% dari total biaya investasi. Sedangkan 14,15% sisa biaya
untuk investasi merupakan biaya investasi untuk pembelian peralatan lainnya,
mobil angkutan dan perijinan.
b.
Biaya Operasional
Biaya
operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku
dan pembantu, peralatan operasional, biaya transportasi, listrik dan telepon,
serta upah tenaga kerja. Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan
jumlah hari produksi . Jumlah hari produksi dalam setahun 285 hari (asumsi yang
digunakan adalah 1 tahun, t=365 hari, dikurangi hari Iibur minggu dan Iibur
nasional 64 hari dan jumlah hari tidak berproduksi selama 16 hari).
Biaya
operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp.711.298.900,-Biaya
bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari total biaya operasional per tahun.
Komponen biaya terbesar kedua adalah biaya penggunaan tenaga kerja yang
mencapai 15,45% dari total biaya operasional tiap tahunnya.
Tenaga
kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan borongan ditambah 2
orang tenaga kerja manajerial yang berasaldari anggota keluarga dengan
upah/gaji tenaga manajerial diasumsikan dua kali Iipat upah tenaga kerja tetap.
Tenaga kerja borongan hanya digunakan dengan jumlah hari kerja yang lebih
sedikit, karena hanya dibutuhkan pada saat terjadi kenaikan permintaan.
No
|
Jenis Biaya
|
Nilai (Rp.)
|
1
|
Bahan
Baku
|
520.125.000
|
2
|
Bahan
Pembantu
|
16.200.000
|
3
|
Peralatan
Operasional
|
11.700.000
|
4
|
Biava
transportasi
|
14.400.000
|
5
|
Biaya
Ustrik
|
7.200.000
|
6
|
Biaya
telepon
|
1.800.000
|
7
|
Tenaga
Kerja
|
109.940.000
|
8
|
Biaya
Pemeliharaan
|
29.933.900
|
|
Jumlah Biaya Operasional Per Tahun
|
711.298.900
|
3.Kebutuhan
Dana Investasi dan Modal Kerja
Kebutuhan
investasi maupun modal kerja tidak harus dipenuhi sendiri. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk memulai
usaha kerupuk ikan sebesar Rp.374.212.568,-. Jumlah kredit investasi yang
dibiayai oleh bank sebesar 70% dari total kebutuhan investasi. Dengan kata lain pengusaha harus
menyediakan dana sendiri sebesar 30% dari total dana
investasi. Dalam analisis Inl jumlah dana kredit investasi sebesar Rp.209.537.300,-.
Besarnya
kredit modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus
produksi. Usaha pembuatan kerupuk ikan mempunyai slklus Produksi (dan pembuatan
sampai memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang leblh selama 30 hari atau 1
bulan. Sehingga jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah:
Kebutuhan
modal kerja = (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x biaya operasional
selama 1 tahun
=
(30/285) x Rp.711.298.900
= Rp.74.873.568,-
Jumlah
kredit modal kerja dari bank dipersyaratkan sebesar 70% dari kebutuhan dana
modal kerja. Dengan demikian jumlah kredit modal kerja sebesar 70% x
Rp.74.873.568 = Rp.52.41l.498,-.
Jumlah
dan sumber dana untuk usaha kerupuk ikan disajikan dalam Tabel 5.4. berikut:
Kebutuhan
Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
No
|
Rincian Biaya
Proyek
|
Total Biaya
|
!
|
|
1
|
Dana investasi yang bersumber dari
|
|
||
|
a, Kredit
|
209.537.300
|
||
|
b. Dana sendiri
|
89.801.700
|
||
|
Jumlah dana investasi
|
299.339.000
|
||
2
|
Dana modal keria bersumber dari
|
|
||
|
a. Kredit
|
52.411.498
|
|
|
|
b. Dana sendiri
|
22.462.071
|
|
|
|
Jumlah dana modal keria
|
74.873.568
|
||
3
|
Total dana proyek yanq bersumber dari
|
|
|
|
|
a. Kredit
|
261.948.798
|
|
|
|
b. Dana sendiri
|
112.263.771
|
|
|
|
Jumlah dana proyek
|
374.212.568
|
|
4.Proyeksi
Produksi dan Pendapatan Kotor
Jumlah produksi selama satu tahun
sebesar 176.700 kg. Jumlah ini diperoleh dari jumlah adonan per tahun dikalikan
dengan jumlah produksi per adonan. Dalam satu tahun dilakukan adonan 570 kali
dengan jumlah produksi per adonan sebesar 310 kg kerupuk. Harga kerupuk ikan
diasumsikan sebesar Rp.6.000,- tiap kg, sehingga pendapatan produksi kerupuk
per tahun sebesar Rp.l.060.200.000,-. Pendapatan sampingan diperoleh dari
penjualan kantong bekas tepung tapioka (sak) per tahun rata-rata
Rp.1.368.000,-. Penerimaan kotor dalam setahun disajikan dalam Tabel berikut
ini :
Produksi dan Pendapatan
Kotor per Tahun
No
|
Uraian
|
Satuan
|
Jumlah
|
Harga
Satuan
|
Nilai (Rp.)
|
1
|
Penjualan per tahun
|
Kg
|
176.700
|
6.000
|
1.060.200.000
|
2
|
Penjualan sak per tahun
|
Sak
|
3.420
|
400
|
1.368.000
|
3
|
Pendapatan kotor
|
|
|
|
1.061.568.000
|
Dari tabel di atas
diketahui bahwa aliran penerimaan usaha pembuatan kerupuk ikan adalah
Rp.1.061.568.000 per tahun. Sedangkan untuk aliran biaya terdiri dari biaya
investasi dan biaya operasional yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya.
5.Proyeksi Rugi Laba dan
Break Even Point
Tingkat
keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan, merupakan bagian penting
dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung
dan selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel kelayakan
usaha dibawah ini, menunjukkan keuntungan (surplus) selama periode
proyek.
Hasil
perhitungan proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha ini
telah untung sebesar Rp.144.968.618-. Laba ini akan meningkat untuk tahun-tahun
berikutnya karena komponen biaya angsuran kredit yang semakin berkurang. Laba
rata-rata selama periode proyek adalah Rp.196.001.526,- per tahun. Profit
margin rata-rata per tahun sebesar 18,46%.
Dengan mempertimbangkan biaya tetap,
biaya variabel dan hasil penjualan kerupuk Ikan, dan hasil analisis diperoleh
BEP rata-rata selama 5 tahun untuk usaha ini adalah sebesar Rp.362.713.898,-
atau dengan jumlah produksi sebesar 60.452 kg per tahunnya dengan harga kerupuk
ikan per kg sebesar Rp.6.000,-
Tabel Kelayakan Usaha
No
|
Kriteria Kelayakan
|
Nilai
|
1
|
Net SIC ratio pada DF 17%
|
1,60
|
2
|
NPV pada DF 17% (Rp)
|
223.409.530
|
3
|
IRR (%)
|
46,37
|
4
|
PSP (usaha)
|
3 tahun 11 bulan
|
Dari tabel di atas dapat
diketahui bahwa jangka waktu pengembalian seluruh biaya investasi adalah 3
tahun 11 bulan. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka
waktu pengembalian investasi lebih kecil dari periode proyek.
BAB V
ASPEK HUKUM
Usaha kerupuk ikan
merupakan industri pengolahan makanan, maka ia harus mendapat ijin dari
instansi terkait seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta
Departemen Kesehatan. Perijinan tersebut diantaranya adalah tanda daftar
industri, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP),
tanda daftar perusahaan dan ijin SB/MD dari Departemen Kesehatan,dan ijin bebas
gangguan lingkungan (HO). Namun demikian dalam usaha ini kami baru beberapa
yang sudah ada sedang yang lain masih dalam proses pengadaan perijinan terhadap
Departemen terkait.
BAB VI
ASPEK EKONOMI & SOSIAL SERTA AMDAL
A. ASPEK
EKONOMI & SOSIAL
Dalam bab ini akan dibahas aspek ekonomi &
sosial dari usaha kerupuk ikan. Aspek ini berkaitan dengan dampak usaha
terhadap perekonomian baik bagi pengusaha maupun bagi perekonomian secara umum
di wilayah tempat tinggal. Aspek ekonomi sangat terkait erat dengan aspek
sosial karena dampak yang ditimbulkan bersifat social yaitu menyangkut
kebutuhan orang lain terutama di sekitar wilayah usaha.
Usaha kerupuk ikan mempunyai dampak yang positif
baik bagi pengusaha, penduduk wilayah setempat. Bagi pengusaha dampak ekonomi
dari usaha ini adalah peningkatan
pendapatan. Usaha kerupuk ikan merupakan bisnis
yang sangat menguntungkan karena mempunyai peluang pasar yang sangat luas.
Banyaknya industri rumah tangga untuk usaha ini dapat memacu kenaikan
pendapatan rumah tangga sehingga kesejahteraan rumah tangga meningkat. Secara
makro produksi kerupuk ikan yang tinggi dapat memberikan kontribusi kepada
pendapatan daerah setempat. Meskipun bisa dikatakan harga per unit kerupuk ikan
relatif murah, tetapi perlu diingat bahwa komoditi ini dapat diproduksi dalam
jumlah besar dalam waktu yang singkat. Kesempatan untuk ekspor ke luar negeri
masih terbuka lebar sehingga dapat menjadi peluang untuk menambah devisa.
Selain merupakan bisnis yang menguntungkan, usaha
ini akan memberi dampak sosial yang positif melalui penyerapan tenaga kerja.
Tenaga kerja yang ada biasanya berasal dari saudara, tetangga sekitar atau
penduduk wilayah setempat. Dengan menciptakan pekerjaan yang dapat menyerap
pekerja dari wilayah sekitar usaha, secara tidak langsung usaha ini telah
membantu mengurangi jumlah pengangguran khususnya di daerah tersebut.
B. ASPEK AMDAL
Aspek dampak lingkungan berkaitan dengan dampak
limbah yang dihasilkan, dapat dikatakan bahwa usaha ini relatif tidak
menghasilkan limbah yang membahayakan bagi manusia maupun lingkungan
sekitarnya. Hasil limbah sebagian besar merupakan air kotor sisa pembersihan.
Biasanya air ini dibuang melalui saluran air yang
dapat langsung meresap ke tanah. Air limbah ini tidak mengandung zat-zat kimia
yang dapat mencemari tanah dan tanaman. Selain air usaha ini juga menimbulkan
bau amis dari ikan yang diolah. Akan tetapi bau ini tidak sampai mengganggu
udara secara luas. Dengan demikian dapat disampaikan bahwa usaha kerupuk ikan
relatif aman bagi lingkungan.
mksih ilmunya...
BalasHapus